Hari ini aku rada lemot. Selama, berapa ya, 3 harian mungkin, nggak ngutak-ngatik draft novel. Hasilnya: rada blank.
Biar nggak blank, aku tetep nulis. Salah satunya nulis di blog. Tapi, apakah yang akan aku tulis?
Enaknya cerita tentang workshop yang diadakan sama Room to Read/Provisi aja ya. Daripada aku nulis tentang keluhan karena blank. Khawatirnya merembet kemana-mana.
Nah. Aku ikut workshop sebagai tim dari Penerbit Kanisius, barengan sama Mbak Watiek Ideo. Tapi berangkatnya nggak bareng. Aku pilih naik kereta api Malabar Malang-Bandung. Kok nggak pesawat aja? Kan dibayarin juga? Jawabannya satu. TAKUT!
Berawal dari kata "takut" aku mulai melebih-lebihkan keunggulan naik kereta api. Di antaranya adalah, aku bisa melewati beberapa kota. Mengenali berbagai macam stasiun. Ngg, emang penting? Kan cuma lewat? Yaaa, kan aku cuma melebih-lebihkaaan :P
Aku berangkat minggu siang. Tiba di Bandung senin pagi. Workshop dilaksanakan di SanGria Resort & Spa, Lembang. Sebuah tempat yang dikelilingi bukit dan hutan. Asik? Banget! Karena aku arek ndeso yang suka melihat pepohonan.
Trus jam 8 aku ngapain? Kan belum check in? Acara juga dimulai selasa.
Apalagi yang kulakukan kalo bukan jalan-jalan. Aku tanya sama security, tempat wisata terdekat. Pilihanku jatuh ke Floating Market.
Kesan pertama melihat Floating Market adalah: Wow! Bagus, seger, rileks. Sekali lagi, mungkin karena aku anak desa. Jadi melihat tumbuhan dan telaga buatan serasa spesial banget buatku. Seperti kembali ke desa. Bagi orang lain mungkin "halah cuma gitu aja". Bagiku bukan cuma "halah bla bla bla". Bagiku terasa spesial. Apalagi pas melihat kabut turun. Huuu, serasa berada di tempat terpencil yang kemudian bakal muncul naga menyerang desa. *ngayal*
Di sana aku jajan sampe abis 100 ribuan. Mumpung. Sejak dulu aku penasaran icip-icip cemilan khas Bandung. Sampe kekenyangan dan ngantuk hihihi. Akhirnya aku kembali ke hotel setelah hujan reda. Kalo gak hujan, pasti aku udah nyampe Tangkuban Perahu. Mumpung :P
Di hotel, kamarku berbatasan sama pepohonan. Jadi dari teras bisa liat bukit dan pohon-pohon. Betah? Banget!
Trus aku ketemu ama Mbak Bebi, Mbak Dewi Rieka, dan para tim Provisi. Yang shock adalah waktu ketemu Bu Riama Maslan. Pas salaman, aku nyebut nama. Beliau langsung bilang, "Widya Ross?" Ekspresi kaget. Akunya santai aja sambil ngangguk. Akhirnya kami cipika-cipiki dengan heboh. Sebab Bu Riama ini sebelumnya pesen buku "Dongeng Misterius Dari Lima Benua" dua seri sekaligus.
Oke, hari pertama pra-workshop aku skip aja biar nggak kepanjangan ya.
DAY 1
Nah, hari pertama aku semeja sama Mbak Dian, Mbak Watiek, Mbak Veronica. Orang Jawa semua jadi ngomongnya yo jowoan haha.
Mentor yang paling banyak ngajar di workshop berasal dari Filipina yaitu Al. Pakek bahasa enggres kalo ngajar.
Hari pertama aku masih malu-malu. Aku yang biasanya kritis, banyak tanya, suka mengutarakan pendapat, mendadak jadi kayak kura-kura. Hari pertama ini, kami dikenalkan pada TEMA DAN TOPIK *mulai serius*
Jadi kalo mau nulis cerita anak buat early reader (menurutku untuk semua tulisan sih), kita harus tahu bener, temanya apa. Biar nggak tersesat. Biar nggak muter-muter. Jadi, apa itu tema? Apa itu topik?
Sederhananya, tema adalah apa yang ingin kita sampaikan ke pembaca. Jika kita bikin cerita tentang anak yang mulanya benci sayur , maka temanya adalah: Sayur bisa membuat badan sehat.
Eh, contohnya kurang nendang ya? Tapi kurang lebih begitu deh.
Sementara, topik simplenya adalah, isi cerita. Kalo berdasarkan contoh di atas, maka topiknya adalah: nutrisi.
Selain tema dan topik, mentor juga menjelaskan mengenai Picture Book dan target pembaca. Ada pembagian ya antar level. Kalo early reader terdiri dari berapa kata, berapa kalimat. Dijelaskan oleh Pak Benny dan Bu Riama.
Kemudian Al menjelaskan mengenai karakter. Karakter ini ditekankan berkali-kali. Jadi kalau ingin membuat cerita yang bagus, buatlah karakter yang kuat dulu. Karakter cerita juga harus memiliki tujuan.
Mendengar Al memaparkan perihal karakter, otakku jadi melenting pada Sophie Kinsella, Jonathan Stroud, JK Rowling, dll. Bukankah mereka juga memulai dengan karakter? Lihat saja. Betapa melekatnya sosok Becky, Bartimaeus dan Harry? Aku jadi ingat draft novelku yang sudah tiba di halaman 104 dan terpaksa kustop dulu. Karakternya, kuatkah? *uhuk* Belum.
Sebagai pe er, Al menugasi kami membuat cerita yang dimulai dari karakter yang kuat. Ciri karakter yang kuat adalah: tokohnya nggak bisa diganti oleh tokoh lain.
Mungkin karena kenyang, mungkin karena lelah dan dingin, otakku mampet. Aku yang biasanya nemu ide semudah minum air (cieeeee), jadi suuuuliiiit. Di kepala ini terpatri kalau nulis pic book itu susah, pertama. Kedua, karena jarang baca pic book, jadinya blank.
Alhasil sampe jam 11 malem aku dan Mbak Watiek melek. Akhirnya aku nyerah. Aku nggak terbiasa bikin cerita malem-malem pula. Aku yakin, besok paginya, semua beres. Keyakinan yang tanpa alasan. Aku pun tidur.
Apakah pagi-pagi aku dapat ide? Horeeee! Dapat :D. Unik tokohnya, tapi jalan ceritanya nggak segila aku biasanya. Karena takut nggak cocok buat early reader. Padahal sebenernya kalo aku berani sih, bisa aja.
DAY 2
Hari kedua kami seperti bertanding di ajang Indonesian Idol. Peserta mempresentasikan cerita masing-masing, terus dikomentari. Aku duduk di depan, dekatnya Al.
Tiba giliranku, aku nervous bukan main. Jadi merasa nggak pede. Huaaa, tokohku cuma.... Ah, nggak mau disebut. Kan belum selesai prosesnya hihihi. Tokohku kurang motivasi. Jadi dapat tambahan ilmu, setiap karakter yang kita ciptakan, harus punya motivasi. Semisal, Balon benci sekali terbang tinggi. Harus ada alasan kenapa Balon benci terbang tinggi. Begitulah simplenya.
Presentasi ini memakan waktu nyaris seharian. Aku berkali-kali ditanya Al, "Are you still awake?" atau "Are you sleepy, right?" Wkwkwk. Mungkin kentara banget kalo ngantuk.
Dan menjelang selesai, kami diberi tugas untuk merevisi cerita pertama dan membuat outline cerita kedua.
Hari kedua lumayan menyita pikiran. Aku dan Mbak Watiek tidur jam setengah 12. Bukan ngerjain. Tapi nonton instagramnya Syahrini hahahaha. Udah capek nih otak. Butuh hiburan. Tak lupa sebelum tidur aku meyakinkan diri sendiri. Besok pagi, semua beres. Termasuk outline cerita kedua. Apakah selesai pagi-pagi? Iya, syukurlah. Pagi emang jamku nulis. Pagi masih gelap tuh.
DAY 3
Seperti day 2, cerita para peserta dikomentari tapi demi menyingkat waktu, yang komen adalah para editor.
Pas giliranku, aku rada malu. Karena ceritaku yaaa gitu deh.
Mengomentari cerita memakan waktu nyaris seharian pula.
Aku beneran lelah (tanpa bermaksud ngeluh), karena kurang tidur. Badan rada meriang. Fokus mulai berkurang.
Serius nih. Jadi mulai kabur apa itu tema apa itu topik. Bahkan aku nanya ke Mbak Watiek, "Matahari tuh terbit dari mana?"
Ya ampun! Mendadak oon ya hahahaha.
Meskipun jadi lola alias loading lama, tapi makan tetep jos. Alhasil selama seminggu di Lembang aku makin chubby dan montok. Bubay dieeet :P
Pe er berikutnya adalah memecah naskah.
DAY 4
Di Day 4 ini, tabletku error. Wifi di sana error jadi pengaruh sama loading di tablet. Suka macet-macet tanpa sebab.
Aku telat menyerahkan breakdown naskah. Sudah telat, keliru pula. Hadeehhh.
Di day 4 udah mulai ceria. Sorenya kita foto-foto berbagai pose. Trus jalan-jalan ke Tahu Lembang. Jajan lagi jajan lagi.
Day 5
Waktunya check out. Aku check out setelah melakukan yoga. Cieeee. Karena merasa badan enak, pas kembali ke Malang bela-belain jauh-jauh ikut kelas yoga. Hasilnya? Mungkin next month aku fitness aja. Aku nggak telaten ikutan yoga.
Sebenernya sih acaranya nggak sesimple itu. Lha 4 hari coba. Tapi singkatnya sih begitu.
Kesanku ikutan workshop ini
- Bersyukur pakek banget. Ilmunya itu lhooo. LUAR BIASA. Bayangin kalo kursus nulis sendiri. Bayar Al tuh berapa? Hotelnya? Makannya? Ulala. Bisa-bisa kugadaikan laptop, cincin, gadget, bedak, dll.
- Merasa tercerahkan.
Dan berefek pada hari setelah pulang workshop. Jadi kepikiran sama draft novel yang belum selesai kutulis.
- Bahagia bisa jajan di Bandung :D. Meskipun pas pulang belanja ini itu nyaris nggak muat di travel bag.
- Pancake di hotel ini endang gulindang. Nggak bau telur. Empuk. Aroma butternya terasa. Apalagi yang dikasih taburan gula halus. Duh, berasa di surga. Selama ini makan pancake aneka topping nggak berkesan.
Tapi di SanGria ya ampuuuun, rasa butternya bikin pingin nambah, nambah, dan nambah. Sarapan padahal. Gimana nggak montok coba pulang dari sana? Di antara semua menu yang ada, aku ngefans akut sama pancake-nya. Sama dessert menunya juga. Yaitu Baked Banana. Jadi pisang entah diapain, dikasih krim. Abis dua gelas pemirsa. Malam-malam pula. Selamat datang bohay hahahaha.
Kalo menu utamanya, mmm, seperti biasa kalo makan menu resto hotel. Aku kan wong kampung ya. Jadi berkali-kali merindukan tempe penyet dan telur dadar. Telur dadar lho, bukan omelet. Wkwkwkwk. Sumpah! Telur dadar is the best deh! Nggak peduli di hotel manapun. Segala menu, masih lebih nikmat makan telur dadar yang dipadu sama nasi dan sambal :D.
Tragedi nggak mengeenakkan:
- sepatuku solnya copot. Hadeeh. Akibat dari packing asal-asalan. Asal ngambil sepatu tanpa pikir panjang.
Kerugian:
- Nggak berendam di jacuzzi
- Nggak facial di spa
Harapan: Semoga aku bisa nulis jauh jauh jauh lebih baik lagi.
Aamiin.